Astri Sulastri Prasasti
Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
UII
Tahun 2008
Krisis kepemimpinan menjadi isu menarik bebarapa waktu belakangan . Salah satu pemacu terjadinya krisis di masyarakat adalah pandangan masyarakat itu sendiri terhadap sosok pemimpin yang terlalu subyektif. Penilaian masyarakat hanya sebatas pada peningkatan ekonomi besar-besaran yang ditandai dengan turunnya harga barang pemenuhan kebutuhan. Terlalu sempit hanya terbatas pada materi yang sesungguhnya tidak dapat dijadikan satu-satunya ukuran pasti. Kemajuan ekonomi tidak dapat dengan mudah melonjak naik, butuh proses panjang, begitu juga dengan penegakkan hukum yang memerlukan kesiapan dari seluruh elemen masyarakat terutama para pelaku hukum di Indonesia. Pemimpin yang selama ini dikenal dengan sebutan khalifah akan menjadi salah pengertian tanpa ada keimanan dan ketakwaan yang cukup. Khalifah berasal dari khalafa `yakhilu khilafatan berarti penerus bukan pemimpin seperti yang selama ini digaungkan. Hakikinya manusia dilahirkan sebagai khalifah adalah untuk meneruskan agama Allah SWT di bumi, sesuai firman Allah dalam QS. An Nisaa`:58
Allah telah memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. Kalau kamu menetapkan hukum kepada orang lain, lakukan secara adil. Allah telah memberimu nasihat yang terbaik. Allah Maha Mendengar Lagi Maha Melihat.
Ayat tersebut menerangkan kepada manusia untuk selalu menjaga amanat Allah yaitu meneggakkan dan meneruskan agama Allah di bumi. Manusia memang terlahir untuk menjadi pemimpin bahkan pemimpin bagi dirinya sendiri. Namun yang selama ini banyak dipahami adalah pemimpin yang memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi semua hal di muka bumi dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat tetapi justru memperkaya diri sendiri, pemimpin yang tidak dibatasi oleh norma dan nilai keagamaan. Sedangkan di ayat sebelumnya telah disinggung mengenai keadilan hukum, yang sekarang entah masih memiliki wibawa atau hanya menjadi wacana semata.
Krisis kepemimpinan menjadi hal yang penting, karena dari dulu, sekarang, hingga nanti bangsa ini akan selalu dipimpin. Namun apa yang akan terjadi jika ternyata pemimpin yang ada tidak mendapat kepercayaan penuh dari rakyat yang memang masih abu-abu dalam memandang sosok seorang pemimpin. Islam telah memberikan contoh pemimpin yang abadi dan terbaik sepanjang masa yaitu Nabi Muhammad Saw yang diturunkan Allah SWT untuk memberikan peringatan dan petunjuk bagi hidup dalam kehidupan manusia. Hal ini telah difirmankan Allah dalam QS. At Taubah:128
Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kalanganmu sendiri. Dia orang yang sangat peduli dengan penderitaanmu, dan peka terhadap persoalanmu, sangat penyantun dan penyayang kepada orang-orang yang beriman.
Nabi Muhammad Saw merupakan contoh pemimpin ideal yang didambakan sosoknya kini. Kejujuran dan integritas diri yang tinggi yang didasari sifat amanah, siddiq, tabligh dan fathonah merupakan modal utama yang selalu membawa beliau di puncak kewibaan. Kewibawaan yang tidak hanya sebatas sebagai orang yang dikagumi tetapi memberi contoh sekaligus, hingga nabi Muhammad dilahirkan sebagai uswatun khasanah. Kepribadian Beliau memancarkan kebenaran Al Quran yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad sebagai the walking Quran karena dalam setiap ucapan dan perbuatannya berdasarkan pada apa yang dituliskan Al quran, Subhanallah.
Namun kini, pemimpin sesosok nabi Muhammad menjadi sangat seulit untuk ditemukan. Kebanyakan pemimpin telah menjadi korban Liberalisme dan Komunisme yang bahkan dalam ajarannya banyak melenceng dari kaidah keagamaan. Liberalisme yang menjujung tinggi kebebasan seolah meniadakan norma dan nilai agama yang ada. Sedangkan Komunisme yang menerapkan sistem sama rata menghilangkan keadilan yang ada dalam kaidah agama itu sendiri. Perkembangan zaman dan pengetahuan yang sangat pesat juga menjadi pendorong lunturnya nila-nilai keagamaan yang sangat dibutuhkan dalam sebuah kepemimpinan.
Sosok pemimpin seperti nabi Muhammad lah yang sesungguhnya dicari untuk memenuhi krisis kepemimpinan yang terjadi belakangan ini. Kepemimpinan Islam akan tercipta saat dalam praktekanya Islam dijadikan suatu disiplin ilmu yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Sama seperti pada zaman Rasulullah yang menerapkan Islam sebagai pedoman dalam segala tindakan yang diambil. Akan menjadi sulit apabila hukum Islam dilaksanakan sebagai sebuah aturan konstitusi, mengingat keadaan bangsa Indonesia kini yang telah tercemari dengan ajaran liberalis dan komunis. Hukum Islam dapat tetap berjalan sebagai disiplin ilmu dengan menjadikannya sebagai dasar dalam setiap pengambilan keputusan yang juga tetap mengacu pada hukum yang berlaku di Indonesia. Syariat Islam sebagi ilmu akan tercermin dalam setiap ucapan dan perbuatan sang pemimpin yang kemudian dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas.
Kepemimpinan akan dikatakan berhasil jika telah mendapat dukungan rakyat secara penuh untuk menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya. Pemimpin yang ideal tahu tatacara bertindak sehingga dapat menetukan kapan harus menjadi seorang otoritan, kapan menjadi seorang demokratan dan kapan harus menjadi seorang liberalis tanpa mengesampingkan kaidah Islam yang harus senantiasa dijunjung tinggi. Kepemimpinan yang baik tidak hanya diukur dari keberhasilan ekonomi dan penegakkan hukum tetapi dinilai pula dari kepatuhan masyarakatnya sendiri. Oleh karena itu dalam mencari pemimpin yang ideal diperlukan andil masyarakat untuk mewujudkan lahirnya pemimpin yang berwibawa secara utuh. Masyarakat harus memberikan respon positif dan menilai sosok pemimpin secara obyektif. Dengan begitu insyaallah, bangsa ini akan melewati krisis kepemimpinan yang telah terjadi dalam waktu yang cukup lama. Mari bangkit dan perbaiki bangsa ini sekarang !
Jumat, 15 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar