Oleh Astri sulastri Prasasti
Krisis kepercayaan atau lebih tepatnya krisis kepemimpinan yang sejak Islam runtuh mulai menyeruak ke permukaan kini melanda masyarakat. Real politic dalam mencapai kekuasaan membuat lembaga-lembaga negara yang ada medapat citra buruk di mata rakyat. Begitu pula dengan pemimpin-pemimpin negeri ini yang selalu saja berakhir dengan kekecewaan yang diwarnai konflik berkepanjangan. Sebenarnya sosok pemimpin seperti apa yang diharapkan untuk mengakhiri krisis ini ? Sebelum menjawabnya, sedikit akan dibahas mengenai kepemimpinan, secara umum maupun menurut pandangan Islam. Kepemimpinan bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita semua. Pada dasarnya sejak kecil kita telah diperkenalkan dengan kepemimpinan, walaupun setingkat Taman Kanak-Kanak (TK). Misalnya saja, sejak dulu telah ada pembentukan ketua kelas, sekretaris, bendahara dan berbagai aparatur kelas lainnya. Maka, secara tidak langsung kita semua telah menjalankan kepemimpinan. Kepemimpinan pada dasarnya adalah seni untuk mempengaruhi orang lain secara konkrit yang diwujudkan dalam tindakan oleh orang yang dipengaruhi. Kepemimpinan juga merupakan seni berhubungan antara pemimpin dan orang yang dipimpin. Kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan sosok pemimpin. Karena kepemimpinan akan dapat berjalan bila didalamnya terdapat seorang pemimpin yang dapat menjadi pusat atau sentral dari segala kepentingan yang dapat berfungsi sebagai motivator dan stimulator sekaligus sosial kontrol untuk memenuhi harapan-harapan anggotanya sebagai orang yang dipimpin. Inti dari kepemimpinan selain adanya seorang pemimpin yaitu memiliki tujuan yang jelas dan merupakan sebuah hasil dari interaksi sosial.
Ada banyak sekali teori dalam menjalankan kepemimpinan, tergantung dari segi mana memandangnya. Namun, secara umum ada 6 teori dalam kepemimpinan, yaitu :
1. Teori Orang-orang terkemuka
Teori ini mengemukakan bahwa kepemimpinan dapat berasal dari warisan yaitu dengan menggunakan sistem kekuasaan berdasarkan pada keturunan misalnya saja dalam sistem monarki (kerajaan). Selain itu, kepemimpinan juga dapat berasal dari seorang pribadi yang superior, yaitu pribadi yang memang memiliki kemampuan baik itu dari segi karakter, komunikasi, intelegensi, energi maupun moral untuk memimpin. Namun, yang kedua ini adalah jalan terbaik untuk melahirkan seorang pemimpin karena tanpa ada kecakapan yang dimiliki kepemimpinan tidak akan bisa berjalan dengan baik, kita tahu kepemimpinan bukan hanya seni berkomunikasi dan berhubungan saja tetapi juga seni mempengaruhi orang lain. Maka diperlukan, sosok yang benar-benar mampu untuk bisa menjadi panutan bagi masyarakat.
2. Teori Lingkungan
Teori kedua ini berbicara mengenai kemampuan sang pemimpin yang dapat dilihat ketika keadaan sekelilingnya berubah, ketika menghadapi tekanan serta dapat juga dilihat dari kemampuannya beradaptasi ketika menghadapi keadaan yang baru. Teori lingkungan mengemukakan bahwa kepemimpinan sangat bergantung pada situasi kelompok dan kepemimpinan terdahulu yang dapat dijadikan cerminan untuk keadaan yang sekarang dihadapi. Dengan situasi kelompok yang tidak mendukung seorang pemimpin yang cakap pun pasti akan mengalami kesulitan dalam menjalankan kepemimpinannya.
3. Teori Personal Situasional
Teori personal situasional mengatakan bahwa dalam sebuah kepemimpinan seorang pemimpin harus dapat melihat sifat pribadi dirinya sendiri dan juga karakteristik anggotanya. Sehingga dapat dijadikan acuan dalam penentapan tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya. Tujuan serta langkah-langkah yang ditetapkan kemudaian akan bias disesuaikan dengan sumber daya manusia yang tersedia.
4. Teori Interaksi Harapan
Setiap anggota pasti memiliki harapan masing-masing yang berbeda satu sama lain dalam mengikuti suatu kepemimpinan. Oleh karena itu, dalm hal ini sensitifitas pemimpin sangat dibutuhkan. Karena sama halnya dengan anggota, pemimpin juga memiliki harapan tersendiri pada posisinya sebagai seorang pemimpin. Agar terjadi interaksi harapan yang harmonis maka frekuensi pertemuan keduanya harus lebih tinggi. Dengan semakin sering terjadi kontak secara fisik maka akan berpengaruh pada perasaan satu sama lain yang nantinya diharapkan akan menumbuhkan motivasi dari pemimpin itu sendiri untuk menjalankan kepemimpinannya mewujudkan harapan anggota maupun dari anggotanya sebagai orang yang dipimpin untuk terus memenuhi harapan pemimpinnya. Dengan demikian akan terjadi keseimbangan harapan yang akan membawa dampak positif bagi kepentingan kepemimpinan itu sendiri.
5. Teori Humanistik
Dalam humanistik lebih ditekankan pada hubungan yang terjalin antara pemimpin dan yang dipimpin. Bagaiamana seorang pemimpin dapat menempatkan dan memperlakukan anggotanya. Sehingga yang dibutuhkan disini adalah kemampuan intrapersonal seorang pemimpin untuk bisa menilai apa saja kepentingan dari tiap-tiap anggota dan bagaimana kedudukannya dalam kepemimpinan. Harapnya tidak lain agar terjalin sistuasi yang harmonis dan akan mendukung jalannya kepemimpinan ke depan. Seorang pemimpin diharuskan untuk sebisa mungkin menempatkan anggotanya sebagai satu tim tanpa menghapuskan harkat dan martbatnya sebagai pemimpin. Sehingga tidak akan terjadi kesenjangan kedudukan yang bida membawa perpecahan di kemudian hari.
6. Teori Pertukaran
Di awal telah disebutkan bahwa setiap anggota memiliki kepentingan dan harapan masing-masing begitupun pemimpin. Oleh karena itu, agar suatu kepemimpinan dapat mencapai tingkat stabilitas atau keseimbangan harus ada kata “saling” atara pemimpin dan anggota, baik itu saling menghormati, saling membantu ataupun saling-saling lainnya. Keseimbangan ini sangat diperlukan untuk mengukuhkan kepemimpinan sehingga anggota dapat digerakkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya tanpa ada pihak yang merasa dirugikan.
Berdasarkan teori-teori kepemimpinan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa dalam kepemimpinan harus ada batasan-batasan yang mengatur hubungan antara pemimpin dan anggota yang dipimpin. Namun, hal yang perlu ditekankan ialah ada prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam setiap kepemimpinan, yaitu :
a. Efisiensi
Segala keputusan dan kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin harus efektif dari segi teknis maupun taktis karena seorang pemimpin harus bisa berpikir jauh resiko-resiko apa saja yang akan dihadapi. Maka dalam penyusunan tujuan maupun proses pengambilan keputusan telah melewati proses pemikiran yang panjang diperhitungkan dengan kemampuan serta kedaan anggota.
b. Pengenalan Diri
Seorang pemimpin harus bisa mengenali siapa dirinya sehingga akan diketahui juga semua kelebihan serta kekurangan yang dimilikinya. Maka, selanjutkan akan mudah untuk menentukan apa saja yang harus dilakukan untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada dalam dirinya dan pengikutnya pun dapat diberi pengertian sehingga tidak akan ada kesalahpahaman di kemudian hari. Selain itu, dia juga harus bisa mengenali bagaimana, dan siapa saja pengikutnya. Agar dalam segala tidakan dan keputusan yang diambil dapat menyeuaikan dengan keadaan anggota.
c. Memberikan jaminan
Seorang pemimpin dalam pemberian tugasnya harus mampu memberikan jaminan terhadap anggotanya. Dalam hal penerangan mengenai tugas yang diberikan, contoh sekaligus jaminan bahwa tugas tersebut delah sepenuhnya dimengerti oleh anggotanya sehingga dapat dijamin pula bahwa tugas itu dapat berjalan dengan baik, Dalam pelaksanaan tugas seorang pemimpin juga harus bisa menjamin pengawasan jalannya tugas tersebut.
d. Kerja satu tim
Tidak boleh tercipta kesenjangan sosial dalam suatu kepemimpinan. Bila kesenjangan tersebut terjadi maka komunikasi dua pihak anata pemimpin dan yang dipimpin tidak akan pernah tercipta. Padahal komunikasi merupakan indikator yang sangat vital dalam sebuah kepemimpinan.
e. Memberikan putusan
Dalam memberikan putusan, seorang pemimpin harus tahu kapan dan dimana saat yang tepat. Kebijakan-kebijakan yang diambil juga harus telah disesuaikan dengan harapan-harapan serta keadaan anggota sebagai obyek dan subyek kebijakan.
Kepemimpinan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena ada dalam setiap aspek kehidupan. Misalnya saja dalam keluarga. Apabila dalam sebuah kelurga tidak ada kepemimpinan maka mustahil akan terjalin keharmonisan yang utuh. Contoh lain adalah dalam keorganisasian. Dalam organisasi sudah pasti ada kepemimpinan, namun kepemimpinan belum tentu dalam bentuk sebuah organisasi. Yang perlu diketahui adalah syarat-syarat apa saja yang diperlukan untuk membentuk suatu kepemimpinan yang diidam-idamkan, yaitu adanya seorang pemimpin, ada orang-orang yang dipimpin atau bisa disebut dengan anggota, memiliki tujuan yang jelas, adanya aktivitas ataupun pembagian tugas yang nyata, ada interaksi yang terjalin baik antara pemimpin dengan anggota maupun sesama anggota dan yang terakhir adalah adanya power yang dimiliki oleh setiap kepemimpinan agar memiliki pengaruh yang besar terhadap para anggotanya.
Lalu, bagaimana pandangan Islam ?
Secara umum pandangan mengenai kepemimpinan antara padanangan sekuler dan pandangan Islam itu hampir sama. Dalam Islam adanya kepemimpinan adalah sebuah kewajiban baik itu secara aqli maupun secara syari’i. Hal ini dituangkan dalam QS.An Nissa : 59, yaitu :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah. Taatlah kepada Rasul dan penguasa darimu. Jika kamu berselisih tentang sesuatu, rujukkanlah kepada (kitab), Allah dan (sunah) Rasul. Jika kamu memang beriman kepada Allah dan hari akhir. Yag denikian itu lebih utama dan lebih baik bagimu.
Dalam surat tersebut dengan jelas telah diterangkan bahwa kita harus patuh terhadap pemimpin yang berkuasa diantara kita. Ini merupakan salah satu bukti bahwa Islam sangat menekankan tegaknya sebuah kepemimpinan karena Islam sangat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan umat. Persatuan dan kesatuan umat akan bias dibentuk dalam sebuah kepemimpinan. Adanya kepemimpinan akan mendorong terjadinya persamaan suara sehingga Islam menjadi semakin kokoh dan dapat pula diibaratkan sebagai barisan yang teratur seperti barisan shaf saat shalat berjamaah. Dalam QS. Ash Shaff : 4 disebutkan bahwa :
“Sungguh Allah cinta kepada orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang tertib bagaikan bangunan yang disusun kuat.”
Selain itu, manfaat lain dari sebuah kepemipinan adalah umat Islam akan menjadi lebih terorganinsasi dalam setiap kegiatannya. Terlebih lagi umat Islam harus senantiasa melakukan amal ma`ruf nahi munkar dalam amalan hidup sehari-hari, seperti yang tertuang dalam QS.Ali Imran :104 yang berarti :
“Hendaklah ada diantaramu kelompok yang selalu mengajak kepada kebajikan , memerintahkan kepada yang makruf dan mencegah dari kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang mencapai kebahagiaan.”
Dalam Islam ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam sebuah kepemimpinan, diantaranya ialah :
1. Tidak boleh mengangkat seorang pemimpin yang berasal dari orang kafir., karena akan memberi pengaruh kepada orang-orang yang dipimpinnya. Dalam QS.An Nisa : 144 telah disebutkan bahwa :
“ Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengangkat orang-orang kafir sebagai teman karib, selain orang-orang mikminin. Apakah kamu menginginkan Allah punya alasan kuat untuk menyiksamu.”
2. Setiap kelompok meskipun itu kelompok kecil memerlukan seorang pemimpin.
Diriwayatkan dalam hadist oleh Abdu Dawud bahwa dalam kelompok seperti apapun harus diangkat sorang pemimpin. Hal ini dimaksudkan agar tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh kelompok tersebut menjadi jelas dan terarah. Sehingga kegiatannya dapat lebih terperinci dengan perencanaan serta pengkoordinasian yang baik.
3. Pemimpn yang dipilih harus memiliki keahlian yang tepat.
Seorang pemimpin harus memiliki keahlian karena seperti yang telah dibahas pertama bahwa kepemimpinan adalah uatu seni mempengaruhi dan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, diperlukan keahlian khsus untuk menjadi seorang pemimpin, karena banyak yang bilang bahwa seseungguhnya pemimpin itu bukanlah proses pembentukan. Namun, lebih kepada proses pemunculan, pengasahan serta bakat yang memang telah dimiliki sejak kecil.
4. Acceptable
Seorang pemimpin harus diterima oleh seluruh anggotanya. Tanpa ada penerimaaan kepemimpinan yang ada tidak akan dapat berjalan dengan baik karena pasti akan ada banyak konflik yang terjadi dari dalam kepemimpinan itu sendiri. Dengan sebuah penerimaan maka pemimpin yang berkuasa akan mendapatkan dukungan dalam mengemban tugasnya, sehingga semua keputusan ataupun kebijakan yang diambil akan mendapat respon yang positif yang akan berpengaruh kepada ketercapayan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, pemimpin yang diterima oleh seluruh anggota akan mendapat simpatik dari anggotanya sehingga ia akan dicintai dan didoakan seperti yang telah diriwayatkan dalam hadist HR. Muslim.
5. Mengedepankan kepentingan umat diatas kepentingan pribadinya.
Salah satu prinsip kepemimpinan dalam Islam adalah mengedepankan kepentingan umat karena seorang pemimpin memang bertugas untuk mngemban amanah yang telah diberikan kepadanya yang berasal dari rakyat benyak. Maka, konsekuensinya adalah bagaimana pemimpin tersebut mampu mengakomodir semua kepentingan dan harapan dari rakyat. Seorang pemipin khususnya, akan dapat dikatakan excelent apabila dia sudah bisa keluar dari kepentingan pribadinya sendiri. Seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Beliau begitu mencinatai rakyatkanya, hingga dalam melakukan tindakan apapun selalu diperhitungkan terhadap apa-apa saja dampak bagi rakyatnya. Bahkan ketika Beliau meninggal Beliau tidak lagi menyebut istriku, anakku atau saudaraku tetapi Beliau malah menyabut umatku, umatku, umatku sampai tiga kali. Inilah salah satu bukti kecintaan Rasulullah Saw kepada rakyatnya yang sudah seharusnya ditiru oleh para pemimpin kini. Taraf yang telah dimiliki oleh Rasulullah ini disebut denan taraf significant.
6. Tidak berlaku otoriter, arogan dan sewenang-wenang
Islam sama sekali tidak membenarkan adanya sifat arogan, otoriter apalagi kesewenang-weanngan. Sejak zaman Rasulullah Saw Islam selalu melandaskan kepemimpinannya dengan demokratis walaupun pada saat itu secara logika dalam sejarah, kepemipinan yang sangat mungkin terjadi adalah kepemimpinan otoriter dimana Nabi dan para Khulafaurasyidin memiliki kekuasaan penuh atas seluruh lapisan masyarakat. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa kepentingan rakyat harus selalu diutamakan maka sudah jelas kesewenang-wenangan sama sekali tidak dibenarkan dalam Islam. Semua keputusan yang diambil harus melalui proses pemikiran yang panjang dengan memikirkan segala konsekuensinya bagi rakyat serta dilakukan dengan demokratis.
7. Sehat baik itu rohani maupun jasmani
Prinsip terakhir dalam kepemimpinan Islam adalah seorang pemimpin harus memiliki kesehatan secara menyeluruh baik itu jasmani maupun rohani. Karena tidak mungkin seorang pemimpin yang sakit dapat memimpin dengan baik dan menjalankan fungsi kepemimpinannya. Maka, sehat menjadi salah satu syarat mutlak salam suatu kepemimpinan.
Kepemimpian dalam Islam berati juga membicarakan tentang pemimpin. Islam menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses panjang dari Allah Swt dalam menciptakan pemimpin-pemimpin yang mampu memakmurkan rakyatnya. Pemimpin adalah seorang yang telah memiliki bakat kepemimpinan yang merupakan anugerah dari Allah Swt. Namun, bakat ini tidak muncul begitu saja melainkan melewati sebuah reli dan proses belajar dalam hidup. Tidak dapat dipungkiri kepemimpinan Islam yang paling sempurna berada di tangan Nabi Muhammad Saw, namun bukan berati setelah Rasul meninggal kepemimpinan Islam tidak lagi dapat mencapai taraf kesempurnaan. Karena sesungguhnynya seluruh sifat kemanusiaan termasuk gaya kepemimpinan Rasul telah ada dalam diri kita kecuali sifat kenabian. Sehingga kepemiminan tersebut dapat diimplementasikan di zaman sekarang ini. Proses panjang untuk melahirkan seorang pemimpin tidaklah mudah. Harus ada banyak medan latih yang dapat berguna untuk menempa dan mematangkan bakat-bakat kepemimpinan yang ada, karena bagaimanapun guru yang paling berharga adalah pengalaman. Meskipun ada beberapa orang yang bakat kepemiminannya memang sudah terlihat melalui cara berbicara dan sikap hidupnya sehari-hari.
Pelaksanaan kepemimpinan Islam akan terlihat dengan adanya musyawarah, keadilan, dan kebebasan berpikir. Musyawarah yang telah menjadi budaya Islam sejak dulu sebelum terjadi kesewenangan pemimpin yang berubah menjadi sistem kerajaan yang absolut. Dalam musyawarah tentu saja melibatkan banyak pihak sehingga akan ada banyak pemikiran yang bisa menjadi petimbangan untuk mendapatkansatu keputusan yang terbaik. Oleh karena itu, musyawarah menjadi sangat penting karena selain keputusan yang diambil dapat lebih mewakili suara rakyat kerea berasal dari banyak pemikiran sebagai wakilnya, musyawarah juga akan mengokohkan jalannya kepemimpinan karens semua keputusan dan kebijakan yang diambil telah mengalami masa penggojlokan sehingga diterima dengan mudah oleh rakyat banyak.
Karena rahmat Allah kamu bersikap lunak kepada mereka. Sekiranya kamu keras dan kasar, niscaya mereka akan menjauhimu. Karena itu maafkanlah dan mohon ampun bagi mereka. Ajaklah mereka bermusyawarahtentang suatu persoalan. Bila kamu telah memutuskan untuk lakukan sesuatu, bertawakallah kepada Allah. (QS.Ali Imran: 159)
”Mereka yang selalu mematuhi ajakan Tuhannya, mendirikan shalat dan persoalan mereka diputuskan dengan musyawarah di kalangan mereka.”
(QS. Asy Syuuraa : 38)
Selain musryawah, Islam juga sangat mengedepankan keadilan. Menjadi orang yang adil memang tidak mudah namun hal itu masih tetap bisa dilakukan bila kita telah mampu keluar dari kepentingan diri sendiri atau seperti yang telah disebutkan yaitu mencapai taraf significant.
”Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. Kalau kamu menetapkan hukum kepada orang lain, lakukan secara adil. Allah telah memberimu nasihat yang terbaik.”( QS. An Nisa :58)
”Hai orang-oran beriman, tegakannlah kebenaran dalam nejadi saksi yang adil karena Allah. Janganlah kebencianmu mnedorong kepada suatu kelompok mendorongmu untuk berlaku tidak adil.” (QS. Al Maidah :8 )
Faktor terpenting ketiga yang juga sangat diagungkan dalam Islam adalah kebebasan berpikir. Dengan adanya kebebasan berpikir maka dalam merumuskan masalah ataupun dalam proses pengambilan keputusan tidak akan ada sesuatu yang ditutupi yang akan beresiko membawa keburukan kelak. Karena keputusan dan kebijakan yang diambil telah melewati proses berpikir yang panjang dari berbagai kemungkinan yang terjadi. Kemudian, kebebasan berpikir ini yang akan berperan untuk mengontrol sebuah kepemimpinan agar tetap berjalan baik yang diwujudkan dengan memberikan pemikiran-pemikiran sebagai masukan maupun kritikan bagi pemimpin. Kritikan dan masukan yang baik adalah kritikan yang telah truji kebenarannya dan tidak hanya menjadi asumsi pribadi yang tidak dapat dibuktikan. Kebebasan berpikir juga menjadi satu indikator positif bahwa dalam kepemimpinan tersebut telah memiliki sistem demokratisasi. Sehingga inti dari demokratisasi ini akan bisa terwujud yaitu berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk kepentingan rakyat banyak.
Menjalankan kepemimpinan dalam demokratisasi bukan berati menutup jalan bagi sistem-sistem yang lain. Karena Islam tidak memberikan batasan-batasan dalam gaya meupun metode kepemimpinan yang digunakan. Dalam hal ini pemimpin harus mampu menem patkan dirinya dalam segala pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan keadaan yang terjadi. Seorang pemimpin juga harus luwes dalam kedudukannya, tidak kaku dengan satu gaya kepemimpinan saja. Ada saatnya demokratis itu menjadi yang utama, namun ada saatnya juga pemimpin harus menjadi seorang yang otoriter. Otoriter disini bukan dengan kesewenangan dan bukan juga tirani yang tidak memikirkan kepentingan rakyat banyak. Bagaimanapun kepentingan rakyat adalah hal utama yang harus dijunjung tinggi oleh seorang pemimpin. Untuk menjalankan kepemimpinan yang excelent, memerlukan pemimpin yang excelent pula. Kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain sebagai berikut :
a. Mengenal Allah SWT, karena dengan menganl siapa penciptanya maka seorang pemimpin juga akan mampu mengenali siapa dirinya, bagaimana kedudukannya serta apa kekurangan dan kelebihan yang dia miliki.
b. Seorang pemimpin harus menguasai ilmu pengetahuan serta hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat sehingga apapun yang menjadi kebijakannya sudah berlandaskan pada ilmu dan hukum.
c. Memiliki kemampuan secara menyeluruh baik itu dalam segi konseptual yaitu dalam merencanakan atau membuat konsep pemikiran yang kemudian akan dapat dikembangkan menjadi berbagai kegiatan nyata, kemampuan sosial dimana seorang pemimpin juga harus mampu mengomunikasikan rancangan pemikiran yang telah ia buat sehingga kemudian dapat direalisasikan dengan kemampuan ketiga yang harus dimiliki yaitu kemampuan operasional.
d. Berorientasi pada kepentingan rakyat. Artinya adalah dalam setiap pengambilan keputusan harus menitikberatkan kepada kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi dan golongan.
e. Tanpa keberanian yang cukup seorang pemimpin tidak akan mampu menjalankan fungsi-fungsi kepemimpianannya dengan baik. Oleh karena itu, keberanian menjadi salah satu kriteria utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Kriteria-ktiteria diatas tidak harus dijadikan satu-satunya pedoman untuk menentukan figur seorang pemimpin yang pas. Namun, dapat dijadikan sedikit rujukan sehingga kita tidak asal memilih pemimpin tanpa melihat kemampuan serta keterampilan yang dimiliki. Seorang pemimpin tidak hanya harus ahli dibidangnya ttai juga harus memiliki tangung jawab dan rasa kepemilikan yang besar. Dengan adanya rasa kepemilikan terhadap daerah kepemimpinannya maka dalam menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin, ia tidak akan segan-segan memajukan kepemimpinan tersebut. Sesungguhnya kita semua adalah orang-orang yang dilahirkan menjadi seorang pemimpin. Kita berpotensi untuk menjalankan kepemimpinan Rasulullah Saw yang telah memberikan suri teladan terbaik sepanjang masa. Selain sifat kenabian yang hanya dimiliki oleh para nabi dan Rasul Allah semua tindakan dan sikap bahkan jalan pemikiran Rasulullah yang pada masanya bahkan sangat modern bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa ini bahkan dunia sangat mengharapkan seorang pemimpin yang mampu mengayomi seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai kebijakan yang tidak berat sebelah. Bangsa ini bahkan dunia sangat mengaharapkan lahirnya pemimpin-pemimpin muslim yang bisa membawa rahmat bagi seluruh rakyat dunia seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw. Rasulullah mampu mengislamkan masyarakat secara kepemimpinan walaupun hidup ditengah sekularisme. Pemimpin tidak dibuat kawan. Pemimpin itu dilahirkan, dan kitalah orang-orang yang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin besar. Ayo kita bermetamorfose dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Islam itu satu dan sejak dulu diterima oleh masyarakat sekuler !
Jumat, 15 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar