Oleh Astri Sulastri Prasasti
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
UII
Yogyakarta
Belajar adalah proses panjang yang dilalui manusia sepanjang hidupnya, sehingga manusia disebut sebagai `Life Long Learner`. Tidak ada pembatasan definisi belajar secara pasti karena dengan mendefinisikan pengertian belajar malah akan mempersempit makna belajar itu sendiri, namun kesuksesan belajar dapat dilihat dalam sikap dan tingkah laku si pemiliknya . Al Qarni dalam bukunya Tips Belajar para Ulama menyebutkan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menambah ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWt yang diperlihatkan dalam sikap dan perbuatan si pemiliknya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang mengatakan belajar adalah proses dari tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya. Pengertian ini pun tidak salah karena pemahaman dan penguasaan ilmu memang menjadi tujuan utama dalam belajar. Manusia mengalami perkembangan pikiran seiring dengan berkembangnya zaman. Oleh karena itu tidak ada alasan manusia untuk tidak belajar, karena jika tidak ia akan tertinggal dengan semua kemajuan yang ada baik dalam bentuk teknologi komunikasi maupun ilmu fisik lainnya. Belajar merupakan bentuk ibadah dan syukur kepada Allah SWT. Karena dalam proses belajar kita akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang dengan mendalaminya akan dapat meningkatkan derajat ketakwaan dan keimanan kepada Allah. Dan beribadah adalah kodrat manusia sebagai mahluk ALLah. Hal ini terdapat dalam QS.Adz dzariyaat : 56 yang artinya
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepa Ku”
Selain itu dalam belajar manusia dituntut untuk mengeksplorasi semua potensi atau kemampuan yang ada dalam dirinya, baik itu potensi yang telah ada sejak manusia itu dilahirkan (bakat) maupun potensi yang baru diketahui setelah menjalani berbagai proses (potensi eksternal). Ternyata belajar bukan sekedar memahami ilmu yang dapat diperoleh di sekolah secara akademik (hard skill) maupun institusi pendidikan lain. Belajar juga termasuk menimba ilmu keterampilan (soft skill) yang dapat diperoleh di masyarakat melalui organisasi dan kegiatan lainnya.
Prinsip Belajar
Dalam belajar ada dua prinsip yang digunakan yaitu komitmen dan praktek. Komitmen adalah bentuk kesungguhan niat seseorang dalam menimba ilmu pengetahuan. Komitmen sendiri terdiri dari komitmen secara fisik, ditunjukkan dengan kesungguhannya mencari bahan-bahan yang digunakan sebagai sumber belajar ; komitmen secara mental, merupakan kesiapan internal yang harus dimiliki oleh seorang pembelajar untuk bisa menerima semua pelajaran yang ditekuninya, dan yang terakhir adalah komitmen secara emosional, yaitu kesiapan untuk mengenyampingkan semua perasaan yang akan mengganggu proses belajar sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan kondusif. Namun, semua komitmen yang telah dijelaskan tadi tidak akan memiliki makna berarti tanpa praktek. Tanpa mempraktekan ilmu yang telah diperoleh dalam proses belajar, maka pemahaman yang dengan susah payah digali tidak akan pernah terwujud, dan semua proses panjang tadi akan menjadi hampa tanpa makna. Praktek merupakan kunci penguasaan materi dan wujud kristaslisasi tujuan belajar itu sendiri yaitu bermanfaat dalam proses kehidupan baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat secara umum.
Strategi Belajar
a. Belajar Efektif
Belajar efektif bergantung pada modalitas belajar indrawi yang tepat dan penggunaan waktu yang baik. Dengan memaksimalkan modalitas belajar indrawi yang dimiliki, proses belajar akan semakin mudah, demikian juga dengan penggunaan waktu yang tepat. Modalitas belajar indrawi adalah kemampuan menusia memanfaatkan kepekaan indra tubuh yang dimiliki untuk mendukung penerimaan materi dalam kegiatan belajar. Secara umum modalitas belajar indrawi dapat dibagi menjadi visual, auditori, kinestetik dan tactile. Pelajar visual akan lebih mudah memahami sesuatu dengan pemanfaatan pengelihatannya. Sedangkan pembelajar auditori lebih peka menggunakan pendengaran, kinestetik dengan praktek secara langsung atau menggerakkan anggota tubuh nya, dan tactile menggunakan perasaannya. Waktu belajar juga dapat disesuaikan karena tiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, pagi, siang, sore bahkan larut malam. Sesungguhnya modalitas belajar bukan menjadi tolak ukur dalam penguasaan materi, namun memungkinkan untuk memudahkan proses belajar. Jadi sebelum menjalani proses belajar kenali dulu gaya belajar apa yang tepat, tidak melulu harus terpaku dengan satu gaya belajar.
b. Belajar Efisien
Belajar efisien lebih menitikberatkan pada where, when dan who. Ada banyak tempat, waktu dan orang yang memberi kita peluang untuk menggali informasi yang dapat digunakan sebagai bahan belajar. Kita tidak harus belajar sebatas di sekolah , di rumah yang waktunya pun dibatasi. Dengan tidak membatasi dimana kita dapat belajar, kapan dan dengan siapa ilmu diperoleh, pengetahuan yang didapat akan semakin kaya dan banyak.
c. Belajar Bijak
Menjadi orang bijak bukan berarti menjadi orang monoton yang hanya menerima semua masalah dengan lapang dada. Bijak dalam belajar justru ditunjukkan dengan kegigihan untuk memperoleh materi. Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan, kesuksesan dan kesulitan, namun sayangnya hanya sedikit orang yang mampu menggali ilmu dari semua porses logis yang dialami oleh seorang pembelajar. Tidak ada satu orang sukses di dunia ini yang tidak pernah mengalami fase-fase tadi. Hanya mereka-mereka yang gigih dan bisa mengambil hikmah yang ada di dalamnya mampu menunjukkan keunggulannya dalam belajar.
Proses Berpikir
Belajar pada hakikatnya adalah bagian dari proses berpikir. Proses berpikir juga memiliki makna yang luas. Kegiatan dalam berpikir dan memproses informasi yang diperoleh antara lain :
1. Rekoreksi
Rekoreksi adalah tahap awal proses berpikir yang akan terjadi setelah kita menerima informasi. Informasi yang diperoleh akan masuk ke Short Term Memory (memori jangka pendek) selanjutnya otak akan kembali membaca memori tersebut untuk segera dikenali dan diproses lebih lanjut.
2. Pemolaan
Seteleh otak mengenali dan membaca informasi yang diperoleh dalam memori selanjutnya akan dibuat pola-pola terstruktur agar informasi tersebut dapat dengan mudah dicerna. Pembentukan pola-pola ini bergantung pada usaha berpikir dan kemajuan pikiran orang yang memilikinya. Karena kemapuan untuk memola informasi bersifat subyektif.
3. Menelusur jalur
Kemudian pola yang sudah terbentuk tinggal ditelusuri dengan lebih detail cabang-cabang penghubung pada pole informasi. Menelusur jalur ini bertujuan untuk memberi pemahaman ujung dan pangkal sebuah informasi yang diperoleh sehingga tidak akan ada kerancuan dalam mempelajarinya.
4. Mengerti
Sudah banyak tahap yang dilalui tinggal kemudian dicocokan antara pola yang sejak awal dibuat dengan perhatian yang muncul saat menerima informasi tersebut.
5. Membayangkan
Pada tahap ini diharuskan untuk meninjau kembali semua pola, struktur dan kajian yang telah terbentuk dengan membayangkannya secara nyata. Dengan ini, informasi yang telah diolah akan semakin baik dicerna oleh pikiran kita.
6. Navigasi
Navigasi sebagai tahap terakhir bepikir yaitu dengan membuka cakrawala dan jalan pengetahuan kita sebagai pembelajar. Tahap navigasi sangat dipengaruhi oleh proses-proses sebalumnya, jika pada tahap ini terjadi kesalahan kemungkinan besar kesalahan tersebut ada pada langlah-langkah sebelumnya.
Proses berpikir juga tidak melulu berjalan linear, tetapi mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang akan ditempuh. Salah satu cara berpikir yang diperlukan dalam belajar adalah berpikir kritis.
Berpikir Kritis
Berpikir kritis pada hakekatnya adalah tidak untuk mencari jawaban semata tetapi lebih untuk mempertanyakan fakta-fakta atau informasi yang diperoleh yang bertujuan untuk mencari solusi terbaik. Jadi salah besar jika ada orang yang menyatakan berpikir kritis berarti menumbangkan sebuah informasi yang telah tersusun. Berpikir kritis sangat diperlukan dalam penggalian ilmu karena tanpa berpikir kritis ilmu yang diperoleh tidak akan berkembang. Ada beberapa prinsip yang digunakan dalam berpikir kritis yaitu :
1. Interpretasi
Interpretasi dan analisis bertujuan untuk lebih memahami informasi yang diperoleh. Namun lebih khusus lagi, pada tahap interpretasi kita mengeluarkan informasi menurut versi sendiri yang sebelumnya telah diterima untuk ditinjau kembali.
2. Analisis
Langkah selanjutnya adalah menganalisis semua hal yang berhubungan dengan informasi. Darimana informasi tersebut berasal, bagaimana penjabarannya dan lain-lain.
3. Evaluasi
Tahap evaluasi kita dituntut untuk menilai dan menimbang dampak dan manfaat apa yang akan diperoleh dengan mengkritisi suatu informasi. Apakah akan memberi manfaat bagi orang banyak atau malah membawa dampak buruk untuk selanjutnya diputuskan apakah informasi tersebut layak untuk dikritisi.
4. Interferensi
Kemudian yang seharunya dilakukan adalah membandingkan informasi yang telah berhasil kita susun dengan informasi sebenarnya dari orang lain. Agar jika terdapat kesalahan dalam penerimaa informasi dapat diketahui lebih dini.
5. Penjelasan
Menjelaskan hal-hal yang dikritisi merupakan puncak dari proses berpikir kritis. Menjalaskan semua informasi yang telah diperoleh sebelum dan setelah disusun kembali dengan berbagai argumen yang menguatkan.
6. Self regulation
Dengan memberi penjelasan secara langsung akan ada feed back yang berupa penambahan, pengurangan atau bahkan sanggahan informasi. Disini diperlukan self regulation untuk memberikan respon terbaik atas semua feed back yang diterima. Inti dari self regulation adalah koreksi diri serta pembukaan pikiran atau open mind terhadap orang lain.
Motivasi Belajar
Arti dari motivasi itu sendiri adalah dorongan atau sebab yang membuat orang melakukan tindakan tertentu. Dalam hal belajar, motivasi belajar adalah alasan-alasan yang mendorong orang untuk terus belajar. Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar karena tanpa adanya motivasi tidak akan ada kekuatan yang membuat komintmen dan tujuan awal dari belajar dapat terealisasi. Ada tiga jenis motiasi yaitu fear motivation (motivasi karena ketakutan), achievement motivation (motivasi karena pencapaian) dan inner motivation (motivasi dari dalam)
Fear Motivation
Ada orang yang hanya bisa melakukan sesuatu karena takut. Ketakuatan yang ada bisa bersifat negative maupun positif. Ketakutan positif bermanfaat untuk mendorong melakukan sesuatu untuk kemajuan dirinya. Misalnya saja ada anak yang belajar dengan takun karena takut masa depannya akan suram.
Achievement Motivation
Achievement motivation adalah motivasi yang pada umumnya dimiliki oleh banyak orang. Keinginan untuk mencapai sesuatu memberikan dorongan kuat untuk melakukan berbagai tindakan agar tujuan yang dimaksud terlaksana. Misalnya adalah keinginan untuk memjedi seorang insinyur, dokter, atau motivasi untuk mendapatkan sebuah penghargaan bergengsi.
Inner Motivation
Secara hakiki inner otivation adalah motivasi sesungguhnya yang dimili oleh seseorang. Keyakinan dan kemuan kuat tertanam dalam dirinya sehingga menjadi kekuatan besar yang dapat digali untuk melakukan banyak hal. Kekuatan dari dalam adalah kekuatan yang benar-benar dibutuhkan dalam belajar. Orang yang memiliki motivasi dalam diri yang kuat tidak akan pernah menyerah walaupun banyak mengalami kegagalan dan kesulitan.
Hambatan Belajar
Secara umum hambatan belajar bersifat subyektif. Masalah yang dialami tiap orang berbeda-beda begitu juga dengan hambatan yang dialami dalam belajar. Ada hal-hal yang mungkin menjadi hambatan bagi kita namun belum tentu menjadi hambatan bagi orang lain begitu juga sebaliknya. Tetapi hambatan dapat diklasifikasikan menjadi hambatan yang berasal dari luar (eksternal) dan hambatan yang berasal dari dalam diri (internal). Hambatan yang berasal dari luar dapat berupa gangguan dari lingkungan yang buruk yang tidak mendukung terjadinya proses belajar yang baik, pengaruh teman, masalah dengan orang tua, keuangan dan banyak lagi. Sedangkan hambatan yang beriasal dari dalam lebih kepada perasaan dan emosi serta motivasi seseorang. Rasa malas, emori yang tidak stabil dan low motivation (motivasi yang rendah) akan memberi hambatan yang cukup berarti. Karena hambatan berifat subyektif maka penanganannya pun bersifat subyektif tergantung apa yang menjadi hambatan. Maka terlebih dahulu kita harus mengenali diri sendiri dengan meluruskan niat agar sebesar apapun masalah yang dihadapi dapat etrtanggulangi dengan baik.
Study Regulation
Study regulation diperlukan untuk mengethui apa-apa saja yang harus dilakukan oleh seorang pembelajar agar proses belajar menjadi lebih mudah dan berjalan dengan baik. Peraturan-peraturan dalam belajar sebenarnya sederhana yaitu adanya sebuah manajemen, baik itu menejemen diri maupun menejemen waktu.
Manajemen Diri
Bentuk menejemen diri dapat berupa semangat, kedisiplinan dan pemanfaatan potensi semaksimal mungkin. Semangat diperlukan untuk terus memompa kekuatan diri saat kejenuhan dan banyak hambatan lain menghadang. Dengan semangat seseorang dapat menjadi pejuang yang kokoh dan dalam proses belajar akan manjadi pembelajar yang tanggguh. Sama saperti semangat, kedisiplinan diri juga memberi dampak bagi kesuksesan belajar. Kedisiplinan diperlukan agar semua tujuan belajar dapat tercapai tercapai. Kedisplinan dapat dipupuk dengan memberikan penghargaan dan hukuman. Penghargaan saat kita telah berhasil mencapai yang menjadi sasaran belajar sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mobilitas belajar itu sendiri. Hukuman jelas memberi pengaruh besar pada kedisiplinan seseorang. Istilah bisa karena terbiasa bermain dalam prakteknya. Kedisiplinan secara otomatis akan meningkat dengan diberi pemanis berupa hukuman-hukuman yang bersifat mengikat. Selanjtnya adalah upaya mengembangkan potensi diri. Penting bagi seorang pembelajar mengethui potensi-potensi yang ada dalam dirinya untuk dikembangkan. Ditambah mencari apa saja potensi yang dapat digali dalam dirinya. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan membuat wilayah aman (safety zone) dan wilayah tidak aman (unsefty zone). Semua orang tanpa terkecuali pasti memiliki wilayah aman yang dimiliki yaitu berupa keahlian pribadi yang dari awal memang sudah terbiasa digunakan. Semua kebiasaan yang kita lakukan dan semua kegiatan yang telah kita coba adalah wilayah aman. Sedangkan wilayah tidak aman adalah wilayah diluar wilayah aman yang harus kita cari sendiri. Jangan takut untuk melangkah dan jangan takut mengambil resiko adalah kunci untuk mencari wilayah aman kita. Cobalah semua kegiatan yang sebelumnya tidak pernah kita coba atau bahkan kita sendiri takut untuk mencobanya. Kita tidak pernah tau, mungkin saja potensi diri kita yang belum pernah terasah ada pada bidang yang kita takuti. Dengan semakin banyak mencaoba maka lama-kelamaaan wilayah tidak aman akan berubah menjadi wilayah aman dan begitu seterusnya. Hasilnya sangat positif, kita dapat menambah keahlian dan mengetahui potensi yang dimiliki dalam satu waktu. Pengetahuan yang diperoleh pun semakin menggunung.
Manajeman waktu
Waktu adalah sesuatu hal yang paling berharga dalam hidup karena tidak dapat termiliki dua kali. Waktu tidak dapat kembali dan diputar sesuai keinginan kita. Wakti terus berjalan tanpa henti barang sedikit. Andai saha waktu memiliki wujud mungkin waktu akan sangat mengerikan karena paling dictator dan tak kenal kompromi. Oleh karena itu kita harus menggunakan waktu sebaik-baiknya sebelum dia beranjak pergi. Dalam islam ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam usaha meningkatkan manajeman waktu diantaranya :
1. Membuat daftar kerja harian
Membuat daftar kejra harian akan sangat bermanfaat dalam mengatur waktu yang kita miliki. Dengan membuat daftar kerja harian kita akan mengetahui apa yang akan dilakukan sehingga waktu dapat dimanfaatkan dengan baik tanpa ada yang terbuang percuma. Membuat daftar keerja harian juga membantu menentukan skala prioritas.
2. Membuat skala prioritas
Skala prioritas adalah susunan kegiatan mulai dari yang penting dan mendesak hingga tidak penting dan tidak mendesak. Membuat skala prioritas dapat membantu kita menentukan kegiatan apa yang pertama-tama akan dikerjakan terlebih dahulu untuk menghindari ketersia-siaan waktu karena melakukan hal yang tidak mendesak dan tidak penting.
3. Memecahkan proyek besar menjadi pekerjaan teratur dalam jangka waktu tertentu
Proyek besar akan sangat menyita waktu jika tidak disiasati dengan baik, sehingga ada banyak kegiatan yang tertunda. Salah satu cara mensiasatinya ialah dengan membaginya menjadi tugas-tugas kecil yang teratur dan diperhitungkan dengan waktu pengerjaannya. Maka waktu yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik.
4. Jangan menunda
Menunda adalah kebiasaan buruk yang semua orang pasti pernah melakukannya, bahkan sering. Jangan menunda menjadi kunci dari menajemn waktu karena serapi apa pun jadwal yang dibuat, serapih apa pun skala prioritas yang disusun tidak akan dapat berjalan jika masih ada penundaan. Seperti kata Aa Gym, “mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai sekarang juga !”
5. Prinsip 80/20
Prinsip 80/20 maksudnya ialah 20% melakukan kegiatan tetapi mendapat 80% hasil. Jadi memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin agar mendapat hasil yang sebanyak-banyaknya.
6. Respon cepat
Respon yang cepat juga dibutuhkan dalam pemanfaatan waktu yaitu dengan bereaksi cepat maka masalah tidak akan berkepanjangan sehingga waktu pun tidak terbuang percuma.
7. Tegas
Tegas dalam pemanfaatan waktu otomatis akan memberikan pengaruh yang positif dalam pemanfaatan waktu
8. Menyediakan waktu santai
Memanfaatkan waktu sebaik mungkin bukan berarti kerja atau belajar terus menerus tanpa ada istirahat. Banyak para ulama yang bilang bahwa 4x5 lebih baik daripada 2x10. maksudnya adalah menyediakan waktu istirahat sangat penting untuk menjaga kestabilan dalam belajar. Belajar terus menerus dengan waktu istirahan yang sedikit malah akan memeras otak dan memberlukan energi yang lebih banyak.
Ada tujuh prinsip manajeman waktu yang kreatif menurur DR Jan Yager : selalu aktif (bukan reaktif), tentukan sasaran, tentukan prioritas dalam bertindak, pertahankan focus, ciptakan tenggang waktu yang realistis, dan lakukan DOIT NOW :
D = Divide (bagi-bagi tugas)
O = Orginize (atur bagaimana melaksanakannya)
I = Ignore (abaikan gangguan)
T = Take (ambil resiko)
N = Now (sekarang harus dijalankan)
O = opportunity (jangan sia-siakan kesempatan)
W = Watch out (waspada dengan waktu)
Dengan mengetahui seluk beluk belajar diharapkan kita semua dapat membuat belajar menjadi kegiatan yang lebih menyenangkan sehingga kita semua dapat merasakan manfaatnya. Sesungguhnya ini semua hanya sebagai penolong dalam proses pembelajaran, bukan menjadi tolak ukur yang mengikat. Pada dasarnya hanya kita yang mengenal baik tentang kelebihan, kekurangan serta kemampuan yang kita miliki. Kuncinya, milikilah semua itu dengan sempurna. Jangan jadikan kekurangan sebagai hambatan, taklukanlah. Sebaliknya jangan jadikan kelebihan sebagai satu-satunya tobak, persenjatailah dengan ahlak yang baik. Kemampuan yang Allah berikan adalah anugerah tak terbayarkan, jangan biarkan semuanya sia-sia, manfaatkanlah. Orang-orang yang mengenal dirinya sendiri adalah orang yang mengenal Tuhannya, Allah SWT.
Jumat, 14 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar